Sabtu, 28 November 2015

BAGI ANAK-ANAK PEREMPUAN BESARNYA DUKUNGAN DAN TINGGINYA FREKUENSI USAHA PENGAWASAN ORANG TUA BERASOSIASI DENGAN RENDAHNYA PENCAPAIAN DIBIDANG AKADEMIK





BAGI ANAK-ANAK PEREMPUAN BESARNYA DUKUNGAN DAN TINGGINYA FREKUENSI USAHA PENGAWASAN ORANG TUA BERASOSIASI DENGAN RENDAHNYA PENCAPAIAN DIBIDANG AKADEMIK



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
            Anak merupakan anugerah dari allah SWT yang pantas kita syukuri dan amanah yang harus kita jaga dan lindungi,dan Juga merupakan hal yang sangat berharga dimata siapapun,khusunya orang tua .
Pendidikan memegang peran penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dalam suatu Negara karena pendidikan merupakan faktor utama dalam meningkatkan serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia .didalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Pasal 1 (citra umbara,2011:6)  menyatakan bahwa :
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian ,kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya ,masyarakat ,bangsa dan Negara
            Salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan ini bertujuan agar siswa memperoleh prestasi belajar yang baik sehingga perlu adanya dukungan orang tua ,guru dan masyarakat . peranan orang tua sangatlah dibutuhkan sebagai penunjang prestasi akademik anak disekolah
Adapun yang dimaksud dengan dukungan orang tua bagi anak anak menurut admin (2011:15) yaitu suatu bentuk perlakuan orang tua dalam memberikan perhatian serta bantuan dalam masalah-masalah dibidang pendidikan guna mencapai prestasi akademik yang dihadapi anaknya
Apabila pendidikan anak secara umum harus mendapat perhatian penuh dari orang tua sejak lahir, maka pendidikan anak perempuan harus mendapat perhatian yang lebih khusus lagi.
Hal itu karena anak perempuan adalah calon ibu. Banyak orang yang salah dan meremehkan peran ibu. Hal ini terjadi terutama di kalangan masyarakat pedesaan. Mereka menganggap pendidikan anak perempuan, baik formal atau nonformal, adalah tidak atau kurang penting. ٍMereka berfikir, setinggi apapun pendidikan seorang anak perempuan nantinya akan berakhir menjadi ibu rumah tangga.
Namun tidak dapat dipungkirin Diabad 21 yang modern ini pendidikan sangatlah penting bagi anak laki-laki maupun perempuan hal itu di buktikan dengan adanya keberadaan perempuan diberbagai bidang pekerjaan yang dianggap hanya laki-laki saja yang mampu misalnya saja seorang pilot perempuan,presiden perempuan .sehingga anak perempuan berusaha dalam meningkatkan potensi yang ada pada dirinya dengan cara sekolah baik formal dan informal dan berbagai les ,oleh karena itu perlu adanya pengawasan orang tua dalam pendidikan anak .
Pengawasan dalam kamus bahasa umum bahasa indonesia berarti penilik dan penjagaan (Depdikbud,2001:17)jadi pengawasan berarti mempertahankan dan menjaga dengan baik baik segala apa yang dilakukan anak dalam segala aktivitasnya sedangkan dalam penelitian (Henderson dan Mapp, 2002; National Standars For Parent/Family Involment Programs, 2004) membuktikan bahwa pengawasan orang tua dalam pendidikan anak-anaknya dirumah berhubugan dengan, (1) Potensi anak, (2) perilaku anak, (3) budaya.
Oleh karena itu pendidikan sangatlah penting bagi anak-anak baik perempuan maupun laki-laki untuk mencerdarakan kehidupan bangsa dan bekal hidupnya di masyarakat ,pencapaian prestasi akademik anak tidak lepas dari dukungan dan pengawasan orang tua
Berdasarkan uraian diatas,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Bagi Anak-Anak Perempuan Besarnya Dukungan Dan Tingginya Frekuensi Usaha Pengawasan Orang Tua Berasosiasi Dengan Rendahnya Pencapaian Dibidang Akademik”



1.2 Rumusan Masalah
Berdasakan uraian latar belakang yang telah penulis paparkan ,maka yang menjadi permasalahan dan penelitian ini adalah : Apakah benar bagi anak-anak perempuan besarnya dukungan dan tingginya frekuensi usaha pengawasan orang tua berasosiasi dengan rendahnya pencapaian dibidang akademik ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas ,maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah benar bagi anak-anak perempuan besarnya dukungan oleh tingginya frekuensi usaha pengawasan orang tua berasosiasiasi dengan rendahnya pencapaian dibidang akademik
1.4 Manfaat Penulisan
Penelitian ini penulis diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan berdasarkan tujuan penelitian diatas ,hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat:
1.4.1 Bagi dosen
            Dapat dijadikan sebagai masukan yang berguna dalam upaya meningkatkan prestasi belajar anak perempuan dengan dukungan dan pengawasan dari orang tua 
1.4.2.2 Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan agar penulis lebih memahami wawasan tentang bagi anak-anak perempuan besarnya dukungan dan tingginya frekuensi usaha pengawasan orang tua berasosiasi dengan rendahnya pencapaian dibidang akademik


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anak
Dalam kamus umum bahasa indonesia edisi ke 3 susunan W.J.S Poerdwinata,Anak Itu Dikelompokkan Menjadi Tiga Golongan Yaitu Anak Kandung Atau Anak Dari Darah Daging Sendiri,Anak Angkat,Yaitu Anak Yang Bukan Berasal Dari Keturunan Asli Atau Anak Orang Lain Yang Diangkat Dan Diasuh Sebagaimana Anak Sendiri. Sedangkan Anak Tiri Adalah Anak Yang Bukan Anak Kandung (Anak Bawakan Suami Atau Istri )                                          UNICEF mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah.
Maka, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun.
Menurut Undang–undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara. 
Menurut Katz, kebutuhan dasar yang penting bagi anak adalah adanya hubungan orangtua dan anak yang sehat dimana kebutuhan anak, seperti : perhatian dan kasih sayang yang kontinue, perlindungan, dorongan, dan pemeliharaan harus dipenuhi oleh orangtua (Huraerah, 2006: 27)
Sedangkan, Huttman merinci kebutuhan anak adalah :
1.      Kasih–sayang orangtua
2.      Stabilitas emosional
3.      Pengertian dan perhatian
4.      Pertumbuhan kepribadian
5.      Dorongan kreatif
6.      Pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan dasar
7.      Pemeliharaan kesehatan
8.      Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan memadai
9.      Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif
10.  Pemeliharaan, perawatan dan perlindungan (Huraerah, 2006: 28).
2.2 Dukungan Orang Tua
2.2.1 pengertian dukungan orang tua
Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang didukung, sokongan; bantuan. Menurut Hasbullah, orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya (2001:39). Jadi menurut sumber di atas, dukungan orang tua adalah bantuan yang diberikan orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya.
Sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta untuk mengikuti atau melanjutkan pendidikan pada program pendidikan formal di sekolah.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan di contoh oleh anak sebagai dasar yang digunakan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah.
2.2.2 Bentuk-bentuk Dukungan Orang Tua.
Mengingat tanggung jawab pendidikan anak ditanggung oleh keluarga dalam pendidikan informalnya dan ditanggung oleh sekolah dalam pendidikan formal, maka orang tua harus berperan dalam menanamkan sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya serta harus dapat menunjukkan kerja samanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak dengan  mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.
Pada dasarnya dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya menyangkut empat hal pokok yaitu 1) dukungan sosial ekonomi, 2) mental/ agama, 3) moral, dan 4) pendidikan.
1) Dukungan Sosial Ekonomi
Dukungan  sosial ekonomi  ini  berupa  pemenuhan kebutuhan  fisik  yaitu  biaya  pendidikan,  fasilitas  belajar,  alat  dan  buku keperluan belajar. Untuk memenuhi kebutuhan fisik tersebut tentunya berkaitan dengan status  sosial  ekonomi  keluarga  atau  pendapatan  di  dalam  keluarga  itu sendiri.
Sebagaimana di kemukakan oleh Soekirno (2002: 37), menyatakan bahwa pendapatan masyarakat yang kedudukannya sebagai tenaga kerja akan menerima gaji atau upah, pemilik alat-alat modal akan menerima bunga, pemilik tanah dan harta tetap lain menerima sewa, dan pemilik keahlian usahawan akan menerima keuntungan. Jadi yang mencakup pendapatan ekonomi disini adalah segala penghasilan baik yang berupa uang atau barang yang diterima sebagai balas jasa atau kontra prestasi.
Keluarga  yang  memiliki  pendapatan  tinggi  akan  dengan  mudah memenuhi biaya kebutuhan pendidikan anak yang meliputi peralatan sekolah, transportasi, sarana belajar dirumah, baju seragam, biaya ekstra  kurikuler,  dan  tidak  terkecuali  uang  saku  anak.  Dan  sebaliknya, keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan anak.
Dengan demikian,  siswa  yang  orang  tuanya  memiliki  pendapatan tinggi, semua kebutuhan yang berkaitan dengan aktivitas belajar akan segera terpenuhi, sehingga  dengan pemenuhan kebutuhan belajar tersebut dapat menunjang tercapainya prestasi belajar yang baik yang merupakan harapan atau cita-cita akhir dari aktivitas belajar. Dan  sebaliknya jika dalam suatu keluarga  yang  status  ekonominya  rendah  akan  merasa  keberatan  dalam memenuhi kebutuhan belajar anaknya secara penuh, sehingga kondisi yang seperti ini akan berdampak pada perolehan prestasi belajar yang rendah.
2) Dukungan Mental/ Agama
Seorang anak yang saleh dirumah, pasti akan mempengaruhi sikap kesiswaannya di sekolah. Anak saleh tidak dilahirkan, tapi dibentuk dan dibina lewat pendidikan. Ilyas (1999: 176), Rasulullah Saw. mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknya yang berperan merobah fitrah itu menjadi (dalam bahasa Rasul) Yahudi, Nashrani, atau Majusi.                      Apabila potensi/ fitrah anak ini tidak dibina, tentunya potensi tersebut akan berkembang kearah yang bertentangan dengan maksud Allah menciptakannya. Setiap orang tua mempunyai kewajiban memelihara dan mengembangkan fitrah atau potensi dasar keislaman anak tersebut hingga tumbuh dan berkembang menjadi muslim yang baik.                                                                     Jadi dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya untuk memelihara keluarganya (termasuk anak) dari siksaan api neraka dengan membina mental/ agama mereka secara baik.
3) Dukungan Moral
Dukungan moral dari orang tua terhadap pendidikan anaknya dapat berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis yang meliputi kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan, menanamkan rasa percaya diri. Dengan  perhatian  orang tua berupa pemenuhan kebutuhan tersebut diharapkan dapat  memberikan semangat belajar anak guna meraih suatu cita-cita atau prestasi.                                                                                                        Berdasarkan fenomena yang terjadi di  masyarakat tidak semua orang tua atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan psikis tersebut karena  adanya  berbagai   macam  susunan  atau  karakter dalam sebuah keluarga. Adapun mengenai susunan keluarga tersebut, Probbins membagikan menjadi tiga macam yaitu:
-          Keluarga yang Bersifat Otoriter.
Disini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang otoriter suka meyendiri,  mengalami kemunduran  kematangannya, ragu-ragu didalam semua tindakan  serta lambat berinisiatif.
-          Keluarga Demokrasi.
Disini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri, sifatnya fleksibel,  dapat menguasai diri, mau menghargai pekerjaan orang lain, menerima kritik dengan  terbuka, aktif di dalam hidupnya, emosi lebih stabil, serta mempunyai rasa tanggung jawab.
-          Keluarga Liberal.
Disini  anak  bebas  bertindak  dan  berbuat.  Sifat-sifat  dari keluarga ini  biasanya  bersifat  agresif,  tak  dapat  bekerjasama  dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil serta mempunyai sifat selalu curiga (Ahmadi (1991:112).
Dari Uraian diatas, pendidikan moral yang ditanamkan kepada anak, hasilnya adalah sesuai dengan dimana anak itu dibesarkan. Apakah dia dibesarkan dalam keluarga yang bersifat otoriter, demokratis, ataupun bersifat liberal. Perbedaan pola asuh dari setiap keluarga akan berdampak pada sifat atau tingkah laku anak di masing-masing keluarga. Hal ini merupakan hasil pola asuh dari perhatian yang telah ditunjukkan kepada anak, sebagai contoh dalam belajar di sekolah.
4) Dukungan Pendidikan
Pendidikan yang akan melahirkan anak saleh adalah pendidikan yanag seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri manusia berupa hati, akal, dan fisik. Pendidikan yang mengutamakan fisik dan mengabaikan akal dan hati akan menghasilkan manusia hayawani (bersifat seperti hewan), bila hanya mengutamakan pikiran saja menghasilkan manusia syaithani (bersifat seperti syetan), sedangkan bila mengutamakan hati semata tentu tidak realistik, karena manusia tidak bisa menjadi Malaikat (Ilyas, 1999:177).
Dari pendapat di atas, maka dukungan orang tua dalam pendidikan adalah kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan pada setiap orang tua tentunya dengan bekal teori-teori pendidikan modern sesuai dengan perkembangan zaman. Bila hal ini dilakukan oleh setiap orang tua maka generasi mendatang akan mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat.
Adapun tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut:
-   Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan agar anak hidup secara berkelanjutan.
-   Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang membahayakan dirinya.
-   Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi hidupnya.
-   Membahagiakan   anak   untuk   hidup   di   dunia   dan   akhirat   dengan memberinya  pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim ( Ihsan, 1996 : 64 ).
Setelah  tanggung  jawab  orang  tua  terhadap  anaknya  terwujud, tentunya  peran orang tua  tersebut mempunyai fungsi atau kegunaan tersendiri yang kiranya dapat bermanfaat bagi anaknya tersebut dalam  kehidupannya dimasyarakat. Menurut Hasbullah (2001: 33) fungsi pandidikan yang ada dalam suatu keluarga tersebut meliputi:
-          Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
-          Menjamin kehidupan emosional anak
-          Menanamkan dasar pendidikan moral
-          Memberikan dasar pendidikan sosial
-          Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
2.3 Pengawasan Orang Tua
2.3.1 pengertian pengawasan orang tua
      Menurut Leving dalan Ihroni (2004: 68),mengatakan bahwa pengawasan orang tua adalah suatu keberhasilan anaknya antara lain ditujukan dalam bentuk perhatian terhadap kegitan pelajaran disekolah dan menekankan arti penting pencapaian pretasi oleh sang anak, tapi disamping itu orang tua perlu menghadirkan pribadi sukses yang dapat dijadikan teladan bagi anak.    
     Seperti yang dijelaskan dalam penelitian (Henderson dan Mapp, 2002; National Standars For Parent/Family Involment Programs, 2004) membuktikan bahwa pengawasan orang tua dalam pendidikan anak-anaknya dirumah berhubugan dengan, (1) Potensi anak, (2) perilaku anak, (3) budaya.
          Pengawasan orang tua dirumah  terhadap prestasi belajar siswa merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh orang tua dalam rumah tangga, baik yang dilakukan sengaja ataupun tidak di sengaja sebagaimana yang diungkapkan oleh Atmaja, (1991: 20) bahwa: Hendaknya orang tua berhenti berhati lemah mengawasi anak-anaknya tetapi berhati kuat dalam mendidiknya. Dengan demikian, orang tua merupakan peletakan pertama atau peletakan dasar bagi perkembangan pendidikan anak, karena orang tua yang selalu memperhatikan kebutuhan dan mengawasi anak-anaknya dalam memperlancar kegiatan proses belajar anak baik dirumah maupun di sekolah sehingga anak dapat berperestasi di sekolah.
Dalam hal ini orang tua telah diketahui bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan pertama dan utama bagi anak, maka suasana rumah tangga juga harus memperhatikan kebutuhan anak dalam menciptakan suasana emosional anak yang baik.
          Selama ini telah diakui bahwa keluarga adalah salah satu tri pusat pendidikan yang menyelengarakan  pendidikan secara kodrati. Menurut Kamrani Buseri, (2004 :22) bahwa pendidikan dilingkugan keluarga berlangsung sejak lahir, bahkan setelah dewasa pun anak masih berhak diawasi oleh orang tuanya sekaligus memberikan nasehat kepada anaknya. Oleh karena itu, keluarga memiliki nilai-nilai dan strategi dalam memberikan pendidikan kepada anak.
         Orang tua mempuyai kewajiban untuk selalu berusaha mengarahkan anaknya kepada keberhasilan dan terhindar dari segala macam bentuk kesulitan sebab anak harus diajar dan di biasakan agar segala yang dilakukan  utamanya dalam kegiatan belajar dapat berhasil dengan baik. Leman, (2006: 1) mengemukakan bahwa seorang anak akan dapat berhasil dalam kegiatan belajarnya maka diperlukan adanya pengawasan dari orang tua. Pengawasan dapat dilakukan dalam bentuk : (1) mengatur jadwal pelajaran secara tepat, (2) memperhatikan anak pada saat ia belajar, (3) mengecek serta mengoreksi dan hasil belajar yang dilakukan anak.
2.4 Prestasi Dibidang Akademis
2.4.1 Pengertian Prestasi Akademik
Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang berstandar (Sobur,2006).
Jadi prestasi akademik adalah suatu pencapaian siswa dibidang akademik, terdapatnya perubahan yang ada pada dirinya serta dapat mengembangkan potensi siswa yang dapat berkembang .
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
         Menurut Soemanto (2006: 17) menyatakan faktor yang mempengaruhi prestasi dan tingkah laku individu adalah:
a)      Konsep diri
b)      Locus of Control
c)      Kecemasan yang Dialami
d)     Motivasi Hasil Belajar
            sehingga adapun faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa yaitu berasalah diri siswa kemudian ketakturan dan kecemasan yang dialami terhadap suatu kejadian dan yang memotivasi dirinya

2.5 Analisis
Pengawasan orang tua dalam pendidikan anak-anaknya dirumah berhubugan dengan : Potensi anak, perilaku anak, budaya. Pengawasan orang tua dirumah  terhadap prestasi belajar siswa merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh orang tua dalam rumah tangga, baik yang dilakukan sengaja ataupun tidak di sengaja. Orang tua biasanya lebih meningkatkan pengawasan terhadap anaknya khususnya anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Sebagaimana menurut papini & sebby (1998) didalam buku sundeck (2007:221) bahwa orang tua membiarkan anak laki-laki untuk bersikap lebih mandiri dibandingkan perempuan kekhawatiran orang tua terhadap kerentanan anak perempuannya dalam hal seksualitas dapat mengakibatkan orang tua lebih banyak memonitor perilaku mereka dan memastikan bahawa mereka dikawal, karena anak perempuan mengalami lebih banyak konflik mengenai seks, pilihan kawan dan penentuan jam malam dibandingkan anak laki-laki.  Oleh karena itu peran orang tua sangatlah penting dalam mendidik anak, orang tua perlu memberikan bentuk dukungan kepada anaknya yaitu dukungan sosial ekonomi, mental/ agama, moral, dan pendidikan. Dukungan moral misalnya berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis yang meliputi kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan, menanamkan rasa percaya diri. Dengan  perhatian  orang tua berupa pemenuhan kebutuhan tersebut diharapkan dapat  memberikan semangat belajar anak guna meraih suatu cita-cita atau prestasi.                                            Orang tua merupakan pendidikan pertama bagi perkembangan pendidikan anak, karena orang tua yang selalu memperhatikan kebutuhan dan mengawasi anak-anaknya dalam memperlancar kegiatan proses belajar anak baik dirumah maupun di sekolah sehingga anak dapat berperestasi di sekolah. Atas dukungan orang tua maka anak akan menjadi lebih semangat dalam belajar. Hal ini benar bahwa sebagaimana yang di kemukakan oleh  Leman, (2006: 1) seorang anak akan dapat berhasil dalam kegiatan belajarnya maka diperlukan adanya pengawasan dari orang tua. Pengawasan dapat dilakukan dalam bentuk : mengatur jadwal pelajaran secara tepat, memperhatikan anak pada saat ia belajar, mengecek serta mengoreksi dan hasil belajar yang dilakukan anak. Namun sebaiknya orang tua jangan terlalu berlebihan dalam mengawasi anak perempuan karena sifat setiap individu berbeda-beda, ada yang sifat anak perempuan yang senang diperhatikan dan ada yang tidak terlalu senang diperhatikan ataupun diawasi terlalu berlebihan sehingga anak beranggapan orang tua tidak pernah percaya apa yang dilakukan anaknya. Jadi orang tua sebaiknya lebih mengenal sifat atau karakteristik anaknya dalam memberikan dukungan dan pengawasan orang tua terhadap prestasi akademis anak.














BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya dukungan  orang tua bagi anak perempuan terhadap pencapaian dibidang akademik dapat meningkatkan prestasi anak. Oleh karena itu peran orang tua sangatlah penting dalam mendidik anak, orang tua perlu memberikan bentuk dukungan kepada anaknya yaitu dukungan sosial ekonomi, mental/ agama, moral, dan pendidikan. Dukungan moral misalnya berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis yang meliputi kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan, menanamkan rasa percaya diri. Dengan  perhatian  orang tua berupa pemenuhan kebutuhan tersebut diharapkan dapat  memberikan semangat belajar anak guna meraih suatu cita-cita atau prestasi.
            Tingginya frekuensi pengawasan orang tua berasosiasi dengan rendahnya pencapaian dibidang akademik, karena jika orang tua terlalu memberikan pengawasan yang terlalu tinggi atau memaksa maka anak akan merasa tertekan sehingga rendahnya pencapaian anak di bidang akademis. jika anak itu terlalu tertekan kemudian dapat menimbulkan depresi dan menimbulkan kesulitan dalam belajar untuk mencapai keberhasilan dibidang akademik
            Orang Tua Memiliki Pengaruh Besar Terhadap Pencapaian Akademis Anak Khusunya Anak Perempuan, tidak ada yang bisa membantu anak untuk berhasil tanpa adanya dukungan orang tua serta pengawasan yang tidak terlalu ketat. dengan adanya dukungan orang tua terhadap anak akan tercapainya keberhasilan dibidang akademis.

3.2 Saran

            Diharapkan orang tua memberikan perhatian serta dukungan yang lebih kepada anak untuk mencapai tujuan pendidikan serta menjalin hubungan yang penuh pengertian artinya orang tua tidak perlu egois atau memaksakan keinginan sendiri tanpa memikirkan keinginan anaknya.

DAFTAR PUSTAKA
Admin,hubungan antara presepsi terhadap dukungan orang tua dibidang pendidikan dan cara belajar dengan prestasi belajar pada siswa siswi di smk st coralus Surabaya diakses tanggal 08 november 2015 (htpp//www.digilib.ubaya.ac.id/…/index.php?)hlm 14-15
Henderson dan Mapp, 2002; National Standars For Parent/Family Involment Programs, 2004
Hasbullah. (2001). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Huraerah, Abu, M. Si., 2006.  Kekerasan terhadap Anak. Bandung: Penerbit Nuansa.
Kamus bahasa indonesia . htpp//www.kamusbahasaindonesia.ac.id/…/index.php) diaskes tanggal 09 november 2015
Sobur. 2006. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Soemanto, Wasty.2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekirno, S. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sundeck .2007. Remaja. Jakarta:Pt.Glora Aksara Pratama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar